Rabu, 25 Januari 2017

Laporan Pengamatan Trikomata

TOPIK V
PENGAMATAN TRIKOMATA

A. Dasar Teori
            Trikomata (jamak: trichomata) berasal dari kata Yunani yang berarti “rambut-rambut yang tumbuh “ bahwa trikoma ini berasal dari sel-sel jaringan epidermis maupun jaringan dibawah epidermis (emergens) yang susunan, bentuk, serta fungsinya memang berbeda-beda.
            Trikomata terdapat pada hampir semua organ tumbuh-tumbuhan yang terletak pada epidermisnya selama organ-organ itu hidup aktif. Disampibng itu terdapat juga trikoma yang waktu hidupnya hanya sebentar. Trikoma yang seperti ini biasanya tumbuh lebih dahulu, menjelang atau dalam hubungan dengan pertumbuhan organ pertumbuhannya.
            Berdasarkan bentuknya, trikoma berbentuk seperti bintang, palu, jarum, mozaik, dan benang. Ditemukan pada berbgai organ tumbuhan daun, bunga, buah, batang. Trikoma ada yang menghasilkan getah berupa asam organik sehingga mengeluarkan aroma tertentu.
            Kalau diperhatikan dari susunannya, maka akan didapatkan trichoma yang terdiri dari satu sel (unicellular), dan yang multiseluler (multicellular). Yayan Sutrian (2004) dalam Pengantar Anatomi Tumbuh-tumbuhannya menjelaskan bahwa :
1.    Unicellular umumnya tidak bercabang, tetapi ada kalanya pula bercabang meski jarang terjadi.
2.    Multicellular terdiri dari satu deretan sel atau beberapa lapisan sel, bercabang seperti pohon-(dendroid) atau dapat juga mempunyai cabang yang memanjang dan mendatar- (“stellate hairs”).
            Menurut Netolitzky dalam Yayan Sutrian (2004), trichomata yang multiseluler terdiri dari :
a)    Bagian kaki yang dikitari oleh sel-sel epidermis, dan
b)   Bagian badan yang menonjol kepermukaan epidermis.
            Adapun bentuk sel-sel epidermis yang mengitari bagian kaki terkadang mempunyai bentuk yang berbeda degan bentuk sel epidermis umumnya. Terkadang trichoma ini juga berbentuk pendek yang tampak berupa penonjolan-penonjolan pada permukaan epidermis, bagaikan bukit-bukit kecil. Oleh para ahli bagian trichoma seperti ini disebut Papilla. Papila merupakan alat sekresi yang biasanya mengeluarkan semacam lendir. Papila yang tidak mengeluarkan sejenis lendir melainkan hanya mengeluarkan air, disebut Papullae.
            Kegunaan trikoma dalam taksonomi cukup dikenal. Kadang-kadang famili tertentu dapat dikenal dengan mudah dari macam trikomanya. Menurut Estiti B. Hidayat (1995), trikoma dapat dibagi menjadi beberapa jenis :
1.    Trikoma yang tidak menghasilkan sekret
2.    Trikoma yang menghasilkan sekret.

B. Tujuan Pratikum
1.      Mahasiswa dapat membuat preparat jaringan tanaman dan melakukan pengamatan dengan mikroskop
2.      Mahasiswa dapat melakukan pengamatan preparat trikomata dengan menggunakan mikroskop
3.      Mahasiswa dapat membedakan bentuk trikomata dari masing-masing daun

C. Alat dan Bahan
a.      Alat
1. Mikroskop
2. Kaca benda
3. Kaca penutup
b.      Bahan
1. Daun Labu(Cucurbita moschata),Daun Durian(Durio zibethinus),
    Daun Keres ( Cerres montingia),Daun Terong (Solanum melongena),
    Daun Kacang Panjang, dan Daun Timun.
2. Kutek bening
3. Isolasi bening



D. Cara Kerja
                 Pembuatan preparat untuk pengamatan trikomata dilakukan dengan metode trikomatal printing (Perdani, 2007) yaitu permukaan bawah daun diolesi kutek bening dan dibiarkan mengering. Kemudian kutek dikelupas menggunakan isolasi dan diletakkan di atas gelas benda. Preparat diamati dibawah mikroskop cahaya dengan perbesaran 400 kali. Amati bentuk trikomata, gambar, dan beri keterangan.

E. Hasil Pengamatan
a. Hasil Pengamatan Trikomata Pada Daun Durian (Durio zibethinus)
Gambar Hasil Pengamatan
Gambar Studi Literatur

Sumber : Dari Pengamatan
Perbesaran : 10 X 10
Jenis Trikomata : Aglanduler
Bentuknya         : Bintang Berduri

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhh0-PEbKdxoV4zod6YFm29FCveq6Jj17b5ho4Kk8YrnwL-96dqPm-mB1y1nOR6V8IaGD1BfTRPmdVnDAfbW-Ev2l49UwYsaDQ-_KSyYdjWn1sS5mlzMqHr3Ujy4lIgDCEjvXnA0llQUVRF/s1600/Foto2029.jpg
Sumber: Praktikum anatomi tumbuhan //biologi D3.fakultas sains dan teknologi//universitas Airlangga

              









      b. Hasil Pengamatan Trikomata Pada Daun Terong (Solanum melongena)
Gambar Hasil Pengamatan
Gambar Studi Literatur

Sumber : Dari Pengamatan
Perbesaran : 10 X 10
Jenis Trikomata : Non Glandular
Bentuknya         : Stellata

Sumber : Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia Volume 1 Nomor 2 2015 (Issn: 2442-3750) (Halaman 209-218)

c. Hasil Pengamatan Trikomata Pada Daun Keres
Gambar Hasil Pengamatan
Gambar Studi Literatur

Sumber : Dari Pengamatan
Perbesaran : 40 X 10
Jenis Trikomata : Glanduler
Bentuknya         : Tonjolan Kecil

00
Histologi Tumbuhan (Epidermis & Derivatnya)




d. Hasil Pengamatan Trikomata Pada Daun Kacang Panjang
Gambar Hasil Pengamatan
Gambar Studi Literatur

Sumber : Dari Pengamatan
Perbesaran : 40 X 10
Jenis Trikomata  : Galanduler
Bentuknya           : Bentuk Rambut

bintang
Sumber: Praktikum anatomi tumbuhan //biologi D3.fakultas sains dan teknologi//universitas Airlangga


e. Hasil Pengamatan Trikomata Pada Daun Timun
Gambar Hasil Pengamatan
Gambar Studi Literatur

Sumber : Dari Pengamatan
Perbesaran : 40 X 10
Jenis Trikomata  : Galanduler
Bentuknya          : Seperti Jarum

0000
Sumber Studi Literatur: Biology, Solomon





f. Hasil Pengamatan Trikomata Pada Daun Labu
Gambar Hasil Pengamatan
Gambar Studi Literatur

Sumber : Dari Pengamatan
Perbesaran : 40 X 10
Jenis Trikomata  : Tipe Tanduk
Bentuknya          : seperti timbangan

trikoma, biologi, contoh trikoma, pengertian trikoma, trikoma adalah



F. Pembahasan
a. Pembahasan Trikomata Pada Daun Durian (Durio zibethinus)
                 Pada pratikum pengamatan trikomata pada daun durian (Durio zibethinus) dengan mengambil bagian belakang tepi daunnya, yang menggunakan perbesaran 10 x 10 dapat diperoleh hasil bahwa : pada daun durian (Durio zibethinus) memiliki jenis trikoma aglanduler yang berbentuk bintang berduri. Trikomata Aglanduler adalah trikomata yang tidak memiliki kelenjar untuk pengeluaran sekret, contohnya pada daun durian (Durio zibethinus). Daun durian (Durio zibethinus) selnya termasuk multiseluler karena berjumlah banyak. Didalam selnya tidak ditemukan adanya sistolit, sehingga termasuk dalam trikoma nonglanduler. Selain itu juga ditemukan trikoma bentuk bintang multiseluler, yang didalamnya tidak ditemukan adanya sistolit juga.





b. Pembahasan Trikomata Pada Daun Terong (Solanum melongena)
                 Pada pratikum pengamatan trikomata pada daun terong ungu  (Solanum melongena) dengan mengambil bagian belakang tepi daunnya, yang menggunakan perbesaran 10 x 10 dapat diperoleh hasil bahwa : Spesies Solanum melongena atau biasa disebut tanaman terong ini memiliki jenis trikoma non glandular berbentuk stellata dengan banyak lengan pada daunnya, dimana rata-rata terdiri dari 7-8 lengan. Temuan ini diperkuat dengan hasil penelitian Harisha (2013) bahwa pada genus solanum (Solanum xantocarpum dan Solanum indicum) telah ditemukan jaringan trikoma yang berjenis non glandular dengan bentuk stellata atau dikatakan menyerupai bintang pada organ daunnya.
                  Keragaman jenis serta bentuk dari trikoma yang ditemukan memiliki keterkaitan dengan fungsi trikoma yang merupakan derivate epidermis sebagai pelindung organ daun. Seperti yang ditulis oleh (Fahn, 1979) bahwa masing-masing trikoma mempunyai fungsi yang berbeda, trikoma non-kelenjar antara lain berfungsi sebagai penghalang masuknya pathogen melalui stomata, sedangkan trikoma kelenjar berfungsi mengeluarkan metabolit sekunder. Bentuk, ukuran serta kerapatan bentuk serta jenis trikoma juga mempengaruhi terhadap fungsi dari trikoma dalam perlindungan organ daun suatu tanaman. Dikatakan bahwa trikoma pada jaringan epidermis mempunyai sifat khusus sebagai daya pertahanan dari serangga ditentukan oleh adanya kelenjar (glandula) atau tidak (non sekretori), kerapatan, panjang, bentuk, dan ketegakan trikoma (Suharsono, 2009).
c. Pembahasan Trikomata Pada Daun Keres ( Cerres montingia)
                 Pada pratikum pengamatan trikomata pada daun Keres ( Cerres montingia) dengan mengambil bagian belakang tepi daunnya, yang menggunakan perbesaran 40 x 10 dapat diperoleh hasil bahwa : pada daun Keres ( Cerres montingia) memiliki jenis trikomata glanduler. Trikomata glanduler adalah trikomata yang memiliki kelenjar untuk pengeluaran sekret. Trikoma ini disebut juga trikoma granduler, mengeluarkan sekret berbagai bahan antara lain larutan gum, larutan gula, dan terpentin.
                 Trikoma granduler dapat tersusun oleh satu sel atau banyak sel. Trikoma granduler yang tersusun atas satu sel merupakan tonjolan kecil disebut papula atau dapat berupa sel yang panjang. Tipe kedua yang trikoma granduler terdiri atas tangkai dan kepala yang tersusun dari satu atau banyak sel. Sel kepala merupakan bagian sekretoris trikoma.
d. Pembahasan Trikomata Pada Daun Kacang Panjang
                 Pada pratikum pengamatan trikomata pada daun kacang panjang dengan mengambil bagian belakang tepi daunnya, yang menggunakan perbesaran 40 x 10 dapat diperoleh hasil bahwa daun kacang panjang memiliki trikoma bentuk rambut, dengan sel kepalanya yang berjumlah lebih dari satu. Sehingga termasuk dalam multiselulr. Kedua bentuk trikomata ini termasuk galanduler karena memiliki sistolit di dalamnya.
e. Pembahasan Trikomata Pada Daun Timun
                       Pada pratikum daun timun dengan perbesaran 40 x10 diperoleh pengamatan sebagai tanaman menjalar, terlihat bagian trikomata berbentuk jarum yang uniseluler atau bersel satu dan sel epidermis, Unicellular umumnya tidak bercabang, tetapi ada kalanya pula yang bercabang meski jarang terjadi, rambut bersel satu atau bersel banyak dan tidak pipih, misalnya pada Lauraceae, Moraceae, Triticum, Pelargonium dan Gossypium. Pada Gossypium, serat kapas merupakan rambut epidermis bersel satu (Yayan Sutrian, 2004)
f. Pembahasan Trikomata Pada Daun Labu
                 Pada pratikum pengamatan trikomata daun labu dengan mengambil bagian belakang tepi daunnya, dengan perbesaran 10 x 10 dapat diperoleh bahwa pada daun labu (Cucurbita muschata) jenis trikomata yaitu tipe tanduk yang berbentuk seperti timbangan.




Daftar Pustaka

Suharsono. 2009. Hubungan Kerapatan Trikoma dengan Intensitas
            Serangan  Penggerak Tanaman Polong Kedelai. Malang. Unpublish
Harisha, CR. & Jani, S. 2013. Pharmaconostical Study on Trichomes
             of Solanaceae and its Significance. Jamnagar : IPGT & RA
             Gujarat   Ayurved University
Yayan, Sutrian. 2004. Anatomi Tumbuhan. Bandung: ITB
Hidayat, Estiti B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung: ITB

Fahn, A. 1982. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta : Gajah mada University

Jumat, 06 Januari 2017

Keterbelakangan pendidikan dan kurangnya tenaga pendidik



Keterbelakangan pendidikan dan kurangnya
tenaga pendidik

            Pendidikan terbagi dua yaitu formal dan non formal, pendidikan formal adalah pendidikan yang dimulai dari pendidikan dasar sampai menengah, sedangkan non formal pendidikan yang tidak dimulai dari pendidikan dasar misalnya kursus dan pelatihan. Pendidikan sangat penting bagi setiap manusia, akan tetapi pemerintah terkadang mengabaikan hal tersebut, seperti halnya di sekolah dasar negeri 13 sei manan.
            Letak Sd tersebut letaknya sangat strategis, kurang lebih 100 meter dari jalan raya. Akan tetapi, tenaga pengajar sangatlah kurang. Berdasarkan hasil observasi yang saya dapati bahwa hanya ada empat orang tenaga pendidik yang sudah PNS, sedangkan tiga orang lainnya masih masih tenaga honorer. Dalam hal ini bagaimana sikap pemerintah menghadapi masalah tersebut ?
            Dari ketiga tenaga honorer tersebut semuannya masih kuliah jarak jauh (KJJ). Apakah pemerintah tidak bisa melakukan penambahan tenaga pendidik yang lebih baik, berwawasan, berkompetensi, dan lebih bijaksana. Agar anak-anak mendapatkan pendidikan yang lebih baik dan
berdaya saing ?
            guru-guru yang sudah menerima PNS, tidak semuannya ingin ditempatkan didaerah-daerah terpencil, saat melakukan sumpah janji jabatan semuannya siap ditempatkan didaerah terpencil.kenyataannya hanya sedikit tenaga pendidik yang mampu bertahan. Alasannya terlalu banyak, misalnya jauh dari sinyal, jalan hancur masih banyak lagi yang yang laiinya. Seharusnya mengajar setiap hari, itu hanya dua hari dalam seminggu melakukan tatap muka dengan peserta didiknya. Apakah pemerintah bangga dengan cara mengajar guru seperti itu ?
            Dieraglobalisasi seperti sekarang, didunia pendidikan bersaing pesat. Anak-anak yang disekolah perkampungan bisa dikatakan Gaptek (gagap teknologi), tidak hanya muridnya, bahkan gurunya juga sama. Apakah pendidikan di Indonesia mampu menghadapi eraglobalisasi yang semakin maju sekarang ini, jika tenaga pendidikan masih terlalu banyak yang masih honorer dan sambil melakukan perkuliahan jarak jauh (KJJ) ?